Temui Ketut, Seorang Petani Bali dari Desa Bayad

I Ketut Rediasa adalah salah satu dari 10 petani yang ikut serta dalam Begawan Giri, sebuah program regeneratif yang mendukung petani di Bali untuk beralih dari penggunaan bahan kimia pertanian ke pertanian alami. Pendekatan pertanian Begawan Giri memulihkan ekosistem di sawah dan meningkatkan pendapatan petani melalui penjualan padi warisan Mansur berkualitas tinggi. Kami meminta Ketut untuk menceritakan pengalamannya sebagai petani dalam program ini dengan kata-katanya sendiri.

Bisakah Anda memberi tahu kami nama Anda dan pekerjaan Anda?

Nama saya Ketut Radiase, biasanya dipanggil Ketut Kecil. Saat ini saya berusia 41 tahun, dan saya berasal dari Bali Tengah, tepatnya Banjar Bayad di Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

Saya sudah menjadi petani sejak kecil, pekerjaan ini diwariskan dari generasi ke generasi. Ketika masih kecil, orang tua saya mengajak saya membantu di sawah, karena penghasilan orang tua saya berasal dari bertani.

Bagaimana Anda biasanya menghabiskan hari-hari Anda?

Setiap hari saya merawat sawah yang saya warisi dari orang tua saya. Biasanya di pagi hari saya pergi ke sawah terlebih dahulu, siang hari saya makan, kemudian sore harinya saya kembali ke sawah.

Jenis padi dan hasil tani apa yang Anda tanam?

Dulu saya menanam padi Invari dan Hibrida, apa yang ditanam tetangga, itu juga yang saya tanam. Sekarang saya menanam padi Mansur dari Begawan Giri. Sejauh ini saya sudah satu kali panen padi Mansur.

Saya bukan hanya petani, tetapi juga peternak. Lahan yang saya kelola mencakup 20 hektar, termasuk pertanian dan peternakan. Saya menanam padi dan beberapa sayuran serta memelihara sapi.

A serene image of a rice paddy field on a Begawan Giri farm in Bali, showcasing the beauty of regenerative agriculture.
A image of Ketut, a Balinese farmer from Bayad Village

Bagaimana pertanian berubah sejak Anda memulai, baik untuk Anda maupun petani lain di Bali?

Menurut saya, di daerah saya lahan pertanian semakin berkurang dibandingkan dulu. Kesulitan yang saya alami sekarang sebagai petani adalah berkurangnya sumber air. Ada lebih banyak pembangunan dan bangunan di lahan pertanian. Yang saya khawatirkan adalah semakin berkurangnya lahan pertanian dan penggunaan bahan kimia yang merusak unsur tanah.

Mengapa Anda memutuskan untuk bergabung dengan program Begawan Giri?

Saya memutuskan bergabung dengan Begawan Giri karena memiliki potensi yang baik, sejalan dengan keinginan saya dalam bertani, dan program padi organik Mansur-nya. Program Begawan Giri dapat memulihkan unsur tanah yang rusak dan terpengaruh oleh bahan kimia.

Perubahan apa yang Anda lihat di sawah Anda sejak bergabung dengan program ini?

Sejak saya bergabung dengan program Begawan Giri, manfaatnya sangat terasa. Kehidupan di sawah mulai berkembang lagi, misalnya capung mulai muncul kembali. Rasanya seperti menemukan kembali dan mengalami sensasi yang saya rasakan saat kecil di sawah tempat saya bekerja.

Bagaimana perasaan Anda tentang bertani setelah melakukannya selama bertahun-tahun?

Saya sangat bangga lahir di Bali dan di Banjar Bayad karena saya masih bisa menikmati alam seperti dulu. Sebagai petani, saya hanya bisa menikmati dan mengelola apa yang diberikan alam. Saya bersyukur dengan posisi saya sekarang.

Apakah Anda memiliki anak dan apa harapan Anda untuk mereka?

Saya memiliki dua anak. Harapan saya sebagai petani adalah agar petani muda lebih banyak belajar dan tertarik pada pertanian, agar apa yang diwariskan oleh orang tua kami bisa dilanjutkan. Saya berharap Begawan Giri dapat memotivasi petani muda yang tertarik pada pertanian dan memberikan masa depan yang lebih positif untuk kawasan pertanian seperti Banjar Bayad.